"Ok, aku akan mencobanya." ucap seorang wanita cantik kepada pria tampan didepannya.
"Ah, begitu dong. Itu baru namanya adik kesayangan ku." ucap pria tampan itu.
Perempuan cantik itu mengerutkan bibirnya, "Tapi kan ada kak Selma. Kenapa tidak dia saja?"
"Hey..hey... kenapa jadi bawa-bawa aku? Apa salahnya sih Amara, kamu kan bisa mencobanya dulu. Lagian itu bagus, supaya kamu juga tidak memikirnyan Brian terus menerus."
Brian. Dada Amara masih saja sakit ketika kakaknya menyebutkan nama Brian.
"Hey sayang, kenapa jadi melamun." ucap Gavin memecah lamunan Amara.
"Eh, ok aku setuju kakak-kakaku sayang. Puas!" ucap Amara kesal yang selalu didesak oleh kedua kakaknya.
Gavin dan Selma saling bertukar pandang dan sama-sama tersenyum puas. Gavin dan Selma benar-benar merasa prihatin dengan kondisi adiknya itu. Setelah kejadian perselingkuhan Brian diketahui Amara, adiknya itu menjadi sangat tertutup apa lagi masalah pria.
Gavin dan Selma benar-benar sangat membenci Brian. Laki-laki yang pernah dipercaya Gavin dan Selma untuk menjaga adiknya semuanya luntur, hancur! Terlebih lagi melihat kondisi adiknya yang sempat jatuh sakit, dan sampai sekarang kerap kali Gavin dan Selma melihat Amara masih menangisi Brian.
***********************
'mama, aku sudah besar sekarang, kenapa masih melarangku ini itu?!' rengek seorang gadis kepada ibunya.
'bukan begitu sayang, kamu kan bisa bekerja disini saja.' ucap sayang wanita paruh baya kepada anak gadis kesayangannya itu.
'tapi ma, kak Gavin dan kak Selma boleh, kenapa aku engga. Mama sama papa gak adil!' teriak Amara kepada orang-orang yang ada didepannya.
'Amara sayang, jangan seperti anak kecil. Mama sangat menyayangi kamu, jadi.........'
'gak, mama gak sayang sama aku!' seru Amara, bangun dari duduknya.
'Amara, jaga sikap dan ucapanmu.' ucap Gavin merasa kesal dengan ulah adiknya yang membantah ucapan ibu mereka. Amara memang memiliki watak keras kepala. Amara juga kerap kali bersikap kekanak-kanakan.
'tuan putri, sayang. Jangan bersikap seperti itu pada mama mu. Sini, duduk disini disamping papa.' ucap seorang pria paruh baya tampan sambil menepuk-nepuk sofa tepat disampingnya. Amara selalu dipanggil 'tuan putri' oleh papanya. Hanya oleh papanya.
Amara yang masih berdiri, menggelengkan kepalanya.
'semua orang dirumah ini gak ada yang mendukung aku.' ucap Amara sambil bergegas keluar rumah. Ia tidak menggubris teriakan seluruh orang yang memanggil dibelakangnya, sampai....
'Tamara..awas.....'
"Mamaaaa..." teriak Amara sambil bangun dari tidurnya, mimpi buruk itu datang lagi. Keringat dingin mengalir deras, air mata Amara juga sudah keluar dari mata indahnya, badannya bergetar hebat.
Mendengar teriakan adiknya, Gavin dan Selma masuk ke kamar Amara...
"Amara sayang, mimpi buruk lagi." Selma langsung memeluk adiknya dengan sayang. Selma bisa merasakan tubuh Amara bergetar hebat dalam pelukannnya, lama kelamaan Selma bisa merasakan kalau Amara menangis kencang dalam pelukannya.
"Ssttt, tenang sayang..." ucap Selma mencoba menenangkan adiknya yang masih menangis dengan kencang dalam pelukannya. Selma melirik kakaknya Gavin yang terlihat sendu memandangi Amara.
************************
"Apa rencanamu akan berhasil kak?" tanya Selma kepada Gavin. Setelah bisa menenangkan Amara, dan melihat Amara tertidur dengan tenang kembali, Gavin dan Selma langsung menuju ruang kerja Gavin.
"Aku berharap akan berhasil. Aku akan mencoba meminta bantuan sahabatku." ucap Gavin tenang kepada adiknya itu.
“Sahabatmu? Siapa? Apa aku mengenalnya?”
“Hemm, sepertinya kamu mengenalnya. Nanti akan aku jelaskan.”
"Dan akan merahasiakannya dari Amara?"
"Ini memang harus dirahasiakan, Selma. Kalau Amara tau dia pasti akan menolaknya."
"Aku benar-benar merasa kasihan dengan anak itu. Ia benar-benar berubah, menjadi Tamara yang menutup dirinya. Bukan Tamara kita yang ceria sepert dulu. Belum lagi sikap papa..........." ucap Selma sedih memikirkan adiknya itu.
"Sudah, Selma. Sekarang tugas kita membuat Amara tidak terpuruk seperti ini. Aku rasanya tidak akan sanggup melihat dia selalu dihantui dengan mimpi-mimpi yang mengerikan. Aku juga tidak sanggup melihat dia selalu ketakutan melihat papa...."
"Aku juga kak, aku juga tidak sanggup melihatnya. Aku rela memberikan apapun yang aku punya, asalkan ia bisa tersenyum dan bahagia lagi." ucap Selma, tidak terasa air matanya menetes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar