Yey, PO novel Destiny udah bisa. Harga buku 75.000 tebal halaman 328 halaman. Format PO:
Nama :
Alamat lengkap:
No.Hp:
Payment: (hanya BCA)
Kamu bisa PO melalui aku, email ke nuliscerita@yahoo.com buka PO dari 13 Agustus sampai 2 September 2013 :)
PerfectIPB
Selasa, 13 Agustus 2013
Minggu, 28 Juli 2013
Destiny (Part 5)
Tok tok tok
Suara pintu kamar Andrew diketuk dari luar.
"Come in" ucap Andrew dari dalam kamarnya.
Ceklek
pintu kamarnya terbuka dan Manda memunculkan kepalanya ke dalam kamar.
"Udah tidur lo?" tanya Manda seraya masuk ke kamar Andrew, dan duduk di ranjang.
"Belum dear. Kenapa, masih kangen sama gue?" ujar Andrew sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Mimpi lo sana." ucap Manda dengan malas. "Gue cuma mau tanya besok lo mau bareng kak Deffan?"
"Hemm, gimana ya? Emang jam berapa si kakak tua berangkat?" tanya Andrew sambil hanya melirik Manda.
"Elo tuh ya, gak bisa sopan dikit apa sama kak Deffan? Begitu-begitu kakak lo Ndrew."
"Nah nah, kamu aja gak bisa sopan sama aku sebagai kakak kamu sayang." ujar Andrew merayu Manda.
"Gue sopan sama lo?? Males banget deh. Oia, kak Deffian berangkat jam 6."
"What?!!! Jam 6?!! Engga ada, engga ada. Gue gak mau bareng, gue berangkat siangan aja lah." ucap Andrew memalingkan wajahnya dari Amanda.
"Ya terserah kalau gitu. Eh iya Ndrew, itu tadi yang lo bilang orang yang lo cinta dan dia ada disini, maksudnya ada dimana?" tanya Manda sedikit merasa penasaran.
Andrew menatap Manda demi mendengar pertanyaan adiknya itu. "Ouw itu, iya orang yang gue cintai ada di sini, di Indonesia."
"Kok bisa? Ketemu dimana? Siapa namanya?" tanya Amanda dengan antusias.
"Wo wo wo calm down babe." Andrew terkekeh memandang Amanda. "Lo lupa apa gimana sih sayang, dulu kan gue pernah di Indonesia ikut grandfather. Nah, gue ketemu deh sama dia." ucapnya sambil menerawang dalam pikirannya.
"Itu kan udah lama banget ya Andrew, masih ada gitu getaran cintanya? Gue gak yakin, secara lo gonta ganti cewe mulu." ujar Amanda dengan sinis dan memincingkan matanya.
"Bahahahahahahaha, ya begitulah. Sampai sekarang gue masih mikirin dia kok."
"Hah. Mikirin doang? Lo cari dia gak? Lo yakin bisa ketemu dia? Siapa tau dia gak di Indonesia?"
Andrew sedikit terdiam mendengar pertanyaan Manda. Selama ini dia memang memikirkan wanitanya, tetapi dia tidak mencarinya. Karena Andrew yakin wanita itu akan menolaknya.
"Emm, gimana ya? Gue sibuk sih jadi gak sempet nyari. Tapi kalau dia liat gue sekarang, pasti dia gak akan nolak gue" elak Andrew
"Ciiih, percaya diri sekali kau, hah!!! Bagaimana kalau dia sudah menikah?" Manda menaikan sebelah alisnya dan menyipitkan matanya ke arah Andrew untuk mendengar jawabannya.
Andrew terdiam, lalu menjawab dengan mantap.....
"Akan gue rebut, kembali ke gue."
Amanda kini menaikkan kedua alisnya dan mulutnya membentuk huruf 'O' tidak menduga dan percaya atas jawaban Andrew.
"Kau sudah gila ya Andrew?!!! Ingat ya, kalau dia sudah menikah kau jangan mengganggu hidupnya." ucap Manda sambil menunjuk ke arah Andrew.
"Berarti kalau dia belum menikah, boleh dong gue mengganggu hidupnya?" Andrew menyeringai ke arah Amanda.
"Terserah!!" Manda menjawab sambil memutar bola matanya. "Oia, siapa namanya?"
"Namanya....... Taby."
***********************************
Pagi ini Riana berangkat kerja dengan menggunakan setelan blazer dengan rok di atas lutut. Berwarna hitam, dengan kemeja berwarna peach yang berbentuk V, yang menunjukan kulit mulus yang ia punya. Setelan yang ia gunakan melekat pas membungkus tubuh Riana yang dapat indah.
Lalu menggunakan stilleto bernawna senada dengan setelan blazer dan rok yang ia kenakan, menunjukkan kaki Riana yang jenjang dan menampakkan kulit kaki mulusnya. Riana membiarkan rambut coklat gelapnya tergerai indah, memoles wajahnya dengan makeup natural, dan bergegas pergi ke kantor.
Sila dan Riana memang janjian dalam berbusana pada hari ini, karena sedang bada acara cukup besar di kantornya hari ini.
"Wow, kamu cantik banget hari ini Riana." ucap Sila sungguh-sungguh.
"Haha, kamu juga cancik kik hari ini. Oia, Sil ini mau ada aca apaan sih emang?" tanya Riana dengan heran.
"Aku jugga gak tau Ri, aku aja baru dapet kabarnya tadi malem. Makannya aku langsung ngabarin kamu." ucap Sila sambil membenarkan makeupnya yang sedikit berantakkan.
"Selamat pagi girl." sama manda mendadak. Dan ia melihat penampilan Riana dari ujung rambut sampai kakinya, yang kebetulan Riana memang sedang berdiri.
"Pagi Manda." jawab Sila dan Riana berbarengan.
"WOW!! Lo cantik banget Riana." ucap Amanda, sambil terus melihat penampilan Riana.
"Hahahahaha, masih cantikkan kamu." ujar Riana tulus.
"Hey hey, gimana penampilan ku?" tanya Sila sambil berdiri.
"Well, lo juga cantik Sil." jawab Manda sambil tertawa.
"Oia, emang ada acara apa sih Manda? Sampai kita mau dikumpulkan begini?" tanya Riana sambil mengerutkan kening.
"Ouw itu, hahaha rahasia. Yaudah gue ke ruangan kak Deffin dulu ya." tawa ringan Amanda masih terdengar walau ia sudah pergi meninggalkan Sila dan Riana.
*********************************
"Gimana? Dia dateng jam berapa?" tanya Deffian kepada Amanda yang ada di ruangannya.
"Gak tau gue kak, semalem dia bilangnya cuma mau nyusul aja gak mau bareng sama lo."
"Cih, anak itu benar-benar. Coba kamu telfon Andrew, Man" Deffian mengendus kesal. Lalu meminta Amanda menelfon Andrew.
"Hallo, Ndruw lo baru bangun??!!" tanya Manda tak percaya kepada seseorang disebrang.
Lama.....
"BURUAN BANGUN ANDREW!!!" teriak Amanda didepan handphonenya. Deffian sampai menaikkan sebelah alisnya menatap Amanda.
"Yaudah buruan, gue tunggu di ruangan kak Deffian." putus Amanda.
"Pasti dia baru bangun kan?" tebak Deffian.
Amanda hanya menganggukkan kepalanya.
"Oia kak, lo udah ngeliat Riana hari ini? Dia cantik banget loh" Amanda menyeringai ke arah Deffian.
"Oia? Ah, dia memang selalu cantik setiap hari." ujar Deffian sambil tersenyum kecil.
"Hahahahahaha, kakak bener tapi hari ini dia cantik banget."
Lagi asik Deffian dan Amanda berbicara, tiba-tiba pintu ruangan Deffian terbuka....
"HONEY......." ujar seorang wanita seraya masuk tanpa permisi menuju Deffian.
Amanda memincingkan matanya ingin mempertegas apa yang sedang ia lihat. Ia menggunakan dress selutut berwarna hijau muda yang melekat 'sangat pas' dibadannya, dengan makeup yang bisa dibilang mencolok. Wanita itu menang cantik, memiliki badan yang sexy, memiliki ukuran payudara yang bisa membuat pria menelan air liurnya. Wanita sialan!!!
"Ah, ada Amanda rupanya." ujar wanita itu basa-basi.
"Hemm..." hanya itu yang di ucapkan Manda.
"Kamu ngapain disini Sesil?" tanya Deffian dingin
"Aku mau ngunjungin kamu sayang, dan kayaknya lagi ada acara ya di kantor kamu hari ini. Aku boleh ikutankan sayang?" ujar Sila merajuk ke Deffian
Manda hanya memutar bola matanya.
"Terserah kamu lah Sesil." jawab Deffian cuek
"Andrew naik apa kesini?" tanya Deffian kepada Amanda.
"Naik motornya kali." jawab Manda malas
"Andrew? Andrew adek kamu Def?" tanya Sesil
"Ia, dia hari ini mau ke kantor."
**********************************
Satu jam kemudian, sebuah BMW Motorcycle 1000rr berhenti di depan gedung Rakassa Independent. Ia terlihat sexy dengan pakaian orang berkendara motor yang melekat di badannya dengan sempurna. Ia memakai jaket kulit coklat dengan menggunakan kemeja putih polos. Ia membuka helm yang digunakan, menampakan bentuk muka yang sempurna dan sexy.
Semua mata tertuju kepadanya seraya ia berjalan memasuki kantor. Memberikan senyuman mautnya kepada orang yang melihatnya wanita atau pria. Tatapan mata birunya yang fokus membuat mukanya benar-benar terlihat tampan.
Ia sudah membuka jaket kulitnya dan membawa jaket itu di pundaknya dengan tangan kanannya. Dengan kemeja putih polosnya menampakkan bentuk badannya yang atletis, tinggi, tegap, dan berjalan menuju receptionist untuk menanyakan ruangan Deffian. Setelah ia mendapatkan info, ia mengedipkan sebelah matanya lalu berjalan santai menuju ruangan yang ia cari.
*********************************
Pak Dandi meminta Riana untuk datang ke ruangan kerjanya. Ia menyerahkan beberapa map kepada Riana, dan Riana harus menyerahkannya kepada Deffian sebelum acara dimulai.
*********************************
Blam.....
Lagi-lagi pintu ruangan Deffian terbuka tanpa permisi kali ini sosok laki-laki, Andrew.
"Good morning." teriaknya begitu memasuki ruangan Deffian.
Sontak semua mata yang ada di ruangan itu menatap ke arah Andrew. Sesil yang pertama menjawab....
"Morning..." ucapnya tersenyum menggoda melihat cowo setampan Andrew. Andrew melihat Sesil dari atas sampai bawah dengan minat.
"Hemm, who are you beautiful?" tanya Andrew mengedipkan sebelah matanya
Hah, Andrew dan Sesil merupakan pasangan yang cocok pikir Amanda.
"Gue Sesil, gue pacarnya Deffian." ucap Sesil melirik Deffian.
"Temen." koreksi Deffian.
"Ok ok, temen 'deket'" ada penekanan di kata terakhir yang diucapkan Sesil.
Andrew hanya terkekeh melihat tingkah Sesil yang terlalu percaya diri yang berhadapan dengan si dingin Deffian.
"Well, kenalin gue Andrew Febrian Rakassa, panggil Andrew aja." lalu Andrew melirik ke arah Manda. "Hey princess kenapa kamu diem aja sayang?" tanya Andrew dan berjalan ke arah Manda.
"Lo itu lama banget tau gak!!" Manda mengendus kesal
"Udah kangen banget ya lo sama gue?" goda Andrew kepada adiknya itu.
Amanda tidak menjawab hanya menggelengkan kepala dan mengendus kesal.
"Deffian, toilet lo disebelah mana? Gue butuh ke kamar mandi segera, dari tadi gue ketemu cewe-cewe yang sangat menggoda di kantor lo." seraya ia melirik ke arah Sesil.
Deffian menunjukan arahnya dengan dagunya, karena malas menanggapi kata-kata Andrew.
***********************************
Tok tok tok
"Masuk." ujar Deffian.
Riana memasuki ruangan kerja Deffian, lalu langkahnya terhenti saat melihat.......
"Lo??!! Ngapain lo kesini?" tanya Sesil ketus
'Mati gue!! Pagi-pagi udah ketemu nenek lampir ini, SIAL!!' pikir Riana.
"Sa..saya mau menyerahkan berkas ini ke Mr. Deffian." ucap Riana gugup dengan tatapan Sesil kepada dirinya. Terlebih lagi Deffian sekarang menatap Riana lekat-lekat, membuat Riana merona malu.
"Riana.." teriak Amanda riang lalu memeluk Riana. Sesil hanya terbengong melihat Amanda bisa seramah itu dengan bawahan kakaknya.
"Hay, Manda." jawab Riana riang.
"Lo kenal dia Manda?" tanya sesil sembari menaikkan sebelah alisnya.
"Kenal dong, dia sahabat gue." jawab Manda riang menatap Riana.
"Oia kak Deffian, gimana Riana cantikkan?" Riana tersentak kaget mendengar pertanyaan Manda, ia lebih kaget lagi mendengar jawaban Deffian.
"Sangat cantik." ucapnya menatap Riana mantap.
Bluuuss, wajah Riana merah padap mendengar perkataan Deffian. Sesil terlihat amat tidak suka, berbanding terbalik dengan Amanda.
Letak toilet di ruangan Deffian berada di belakang Riana, sehingga ia tidak melihat siapa yang keluar dari sana.
Sedangkan orang yang baru keluar dari dalam toilet itu terus memandangi Riana dari belakang dalam diam. Ia melihat penampilannya dari atas sampai bawah. Ia merasa kenal dengan orang di depannya itu. Ia tersentak kaget ketika mendengar suara di depannya.
Iya berjalan mendekat ke arah Riana. Sekarang ia sudah tepat berada di belakang tubuh Riana. Ya, tubuh dari orang yang dia rindukan. Walaupun iya belum melihat wajahnya, namun ia merasa yakin. Sampai.......
"Hay kak Andrew, kenalin ini Riana." ucap Amanda sambil menunjuk ke arah Riana. Sontak Riana diam membatu, demi mendengar kata-kata Amanda.
'Andrew katanya?!!!'
Laki-laki itu merasakan tubuh wanita didepannya itu menegang, setelah Amanda menyebutkan namanya. Membuat dia semakin yakin.
Deffian, Sesil, Amanda menjadi heran melihat kedua orang di depannya itu. Dengan keberanian hanya tiga puluh persen, Riana memberanikan diri membalikkan tubuhnya.
Ketika ia berbalik, ia berhadapan dengan dada bidang seorang laki-laki yang dibalut kemeja putih tipis. Riana hanya dapat melihat badan seseorang di depannya, gagah, lengan yang berotot, dada yang bidang. Sesampainya di atas, tepat di muka laki-laki itu, ia langsung berhadapan dengan sepasang mata biru jernih.
"Taby."
Rabu, 24 Juli 2013
Destiny Hero (Part 1)
"Ok, aku akan mencobanya." ucap seorang wanita cantik kepada pria tampan didepannya.
"Ah, begitu dong. Itu baru namanya adik kesayangan ku." ucap pria tampan itu.
Perempuan cantik itu mengerutkan bibirnya, "Tapi kan ada kak Selma. Kenapa tidak dia saja?"
"Hey..hey... kenapa jadi bawa-bawa aku? Apa salahnya sih Amara, kamu kan bisa mencobanya dulu. Lagian itu bagus, supaya kamu juga tidak memikirnyan Brian terus menerus."
Brian. Dada Amara masih saja sakit ketika kakaknya menyebutkan nama Brian.
"Hey sayang, kenapa jadi melamun." ucap Gavin memecah lamunan Amara.
"Eh, ok aku setuju kakak-kakaku sayang. Puas!" ucap Amara kesal yang selalu didesak oleh kedua kakaknya.
Gavin dan Selma saling bertukar pandang dan sama-sama tersenyum puas. Gavin dan Selma benar-benar merasa prihatin dengan kondisi adiknya itu. Setelah kejadian perselingkuhan Brian diketahui Amara, adiknya itu menjadi sangat tertutup apa lagi masalah pria.
Gavin dan Selma benar-benar sangat membenci Brian. Laki-laki yang pernah dipercaya Gavin dan Selma untuk menjaga adiknya semuanya luntur, hancur! Terlebih lagi melihat kondisi adiknya yang sempat jatuh sakit, dan sampai sekarang kerap kali Gavin dan Selma melihat Amara masih menangisi Brian.
***********************
'mama, aku sudah besar sekarang, kenapa masih melarangku ini itu?!' rengek seorang gadis kepada ibunya.
'bukan begitu sayang, kamu kan bisa bekerja disini saja.' ucap sayang wanita paruh baya kepada anak gadis kesayangannya itu.
'tapi ma, kak Gavin dan kak Selma boleh, kenapa aku engga. Mama sama papa gak adil!' teriak Amara kepada orang-orang yang ada didepannya.
'Amara sayang, jangan seperti anak kecil. Mama sangat menyayangi kamu, jadi.........'
'gak, mama gak sayang sama aku!' seru Amara, bangun dari duduknya.
'Amara, jaga sikap dan ucapanmu.' ucap Gavin merasa kesal dengan ulah adiknya yang membantah ucapan ibu mereka. Amara memang memiliki watak keras kepala. Amara juga kerap kali bersikap kekanak-kanakan.
'tuan putri, sayang. Jangan bersikap seperti itu pada mama mu. Sini, duduk disini disamping papa.' ucap seorang pria paruh baya tampan sambil menepuk-nepuk sofa tepat disampingnya. Amara selalu dipanggil 'tuan putri' oleh papanya. Hanya oleh papanya.
Amara yang masih berdiri, menggelengkan kepalanya.
'semua orang dirumah ini gak ada yang mendukung aku.' ucap Amara sambil bergegas keluar rumah. Ia tidak menggubris teriakan seluruh orang yang memanggil dibelakangnya, sampai....
'Tamara..awas.....'
"Mamaaaa..." teriak Amara sambil bangun dari tidurnya, mimpi buruk itu datang lagi. Keringat dingin mengalir deras, air mata Amara juga sudah keluar dari mata indahnya, badannya bergetar hebat.
Mendengar teriakan adiknya, Gavin dan Selma masuk ke kamar Amara...
"Amara sayang, mimpi buruk lagi." Selma langsung memeluk adiknya dengan sayang. Selma bisa merasakan tubuh Amara bergetar hebat dalam pelukannnya, lama kelamaan Selma bisa merasakan kalau Amara menangis kencang dalam pelukannya.
"Ssttt, tenang sayang..." ucap Selma mencoba menenangkan adiknya yang masih menangis dengan kencang dalam pelukannya. Selma melirik kakaknya Gavin yang terlihat sendu memandangi Amara.
************************
"Apa rencanamu akan berhasil kak?" tanya Selma kepada Gavin. Setelah bisa menenangkan Amara, dan melihat Amara tertidur dengan tenang kembali, Gavin dan Selma langsung menuju ruang kerja Gavin.
"Aku berharap akan berhasil. Aku akan mencoba meminta bantuan sahabatku." ucap Gavin tenang kepada adiknya itu.
“Sahabatmu? Siapa? Apa aku mengenalnya?”
“Hemm, sepertinya kamu mengenalnya. Nanti akan aku jelaskan.”
"Dan akan merahasiakannya dari Amara?"
"Ini memang harus dirahasiakan, Selma. Kalau Amara tau dia pasti akan menolaknya."
"Aku benar-benar merasa kasihan dengan anak itu. Ia benar-benar berubah, menjadi Tamara yang menutup dirinya. Bukan Tamara kita yang ceria sepert dulu. Belum lagi sikap papa..........." ucap Selma sedih memikirkan adiknya itu.
"Sudah, Selma. Sekarang tugas kita membuat Amara tidak terpuruk seperti ini. Aku rasanya tidak akan sanggup melihat dia selalu dihantui dengan mimpi-mimpi yang mengerikan. Aku juga tidak sanggup melihat dia selalu ketakutan melihat papa...."
"Aku juga kak, aku juga tidak sanggup melihatnya. Aku rela memberikan apapun yang aku punya, asalkan ia bisa tersenyum dan bahagia lagi." ucap Selma, tidak terasa air matanya menetes.
Langganan:
Postingan (Atom)