"Maksud nona bagaimana?? Membuat tuan Russel tidak tertarik de-dengan rumah ini?" Oskar nampak terkejut dengan ucapan Brenda.
"Yup, aku punya ide bagus, dan aku membutuhkan bantuanmu dan Emma."
"Ide? Ide apa nona?"
"Hemm, kamu dan Emma akan tau besok Oskar." Brenda terus tersenyum misterius kearah Oskar.
***************************
"Bagaimana tuan Russel, apa urusan anda sudah beres?" tanya seorang pria, umurnya sekitar empat puluh tahun.
Russel menghempaskan tubuhnya yang tinggi tegap ke sebuah sofa yang besar, "Sudah. Benar-benar melelahkan. Aston, siapkan jet pribadi, minggu ini aku akan kembali, dan kita akan ke Rudyard House." ucap Russel tenang kepada pengawal pribadinya itu.
"Apa tuan yakin kita akan ke Rudyard House? Kita sudah lama sekali tidak kesana tuan."
Mata biru Russel menatap Aston dengan tatapan tajam, "Kau mau membantahku, Aston?"
Aston menjadi gelagapan ditatap dingin oleh tuannya itu, " Tidak. Ma-maafkan saya tuan." Aston lalu membungkukan badannya. Russel lalu berdiri dari sofanya, berjalan menuju kamar pribadinya.
"Oia, Aston. Kalau ada Lucy mencariku, bilang kalau dia tidak perlu menemuiku lagi, karena........aku sudah bosan dengannya." ucap Russel dengan entengnya, lalu melanjutkan langkahnya.
Lagi-lagi Aston membungkukkan badannya kearah Russel. Ia sangat mengetahui tabiat tuannya itu. Tuan Russel memang dikenal sering bergonta ganti wanita, lebih karena wanita yang mengejar-ngejarnya, namun tidak pernah ada satupun yang dibawa kejenjang yang lebih serius.
*******************************
"APA??!" ucap Oskar dan Emma berbarengan sambil membelalakan matanya, seakan tidak percaya. Mereka benar-benar sangat terkejut dengan rencana nona mudanya itu.
Brenda yang melihat dua orang didepannya itu terkejut malah tertawa, "Hey, kalian kompak sekali kagetnya." Brenda terus tertawa sambil terus mengunyah sarapannya.
"Nona, apa nona serius dengan ide gila itu?" tanya Emma sambil terus meremas serbet ditangannya.
Tanpa menatap Emma, Brenda menjawab, " Aku sangat yakin Emma. Aku rasa ini cara satu-satunya."
"Memangnya tidak ada ide lain?" kali ini Oskar yang berbicara. Brenda sedang sarapan bersama dengan Oskar dan Emma di meja makan rumahnya.
Brenda menatap Oskar, "Sebenarnya ada, mungkin aku bisa menggodanya? Tapi aku tidak akan melakukannya."
"Bukannya lebih baik anda menggodanya saja, nona?" tanya Emma sambil tersenyum tipis.
Brenda memanyunkan bibirnya, "Oh, come on Emma. Aku tidak akan berbuat serendah itu. Lagian aku malas menggoda om-om tua itu."
"Tapi banyak wanita yang jatuh kedalam pelukannya, nona. Lagi pula umurnya baru tiga puluh tahun." ucap Oskar terkekeh.
"Ya, ya, ya,, semua wanita tapi bukan aku, Oskar." ucap Brenda dengan cuek.
"Jadi mulai kapan kita menjalankan rencana kita?" tanya Oskar.
"Hemm, secepatnya. Sebelum tuan muda terhormat itu datang kemari.
****************************
"Apa semuanya sudah siap, Aston?" tanya Russel sambil membaca korannya.
"Sudah tuan, semua sudah siap untuk keberangkatan anda besok."
"Bagus kalau gitu." tanpa memalingkan wajahnya dari koran.
"Tuan Russel, nona Lucy berulang kali menelfon kemari mencari anda." ucap Aston.
"Cih, mau apa lagi wanita itu?" tanya Russel dingin lalu menoleh ke arah Aston.
"Katanya, dia…dia sangat merindukan belaian anda." ucap Aston sambil menahan tawanya.
Russel membuang mukanya dari hadapan Aston, karena kesal dan malu namun terlihat masih dingin. "Biarkan saja dia. Toh, kita juga akan segera pulang. Jangan lupa siapkan semua keperluanku."
"Emm, tuan, apa kita tidak memberitahu nona Poppy tentang kepulangan kita ini?"
"Tidak perlu, aku yakin dia juga tidak akan peduli." ucap Russel tenang. "Oia, apa kamu sudah menelfon ke pihak Rudyard House, kalau kita akan datang?" lanjut Russel.
"Be-belum tuan, karena perbedaan waktu, maka baru sekitar dua jam lagi saya akan menelfon pihak Rudyard House memberi tahu kalau kita akan datang."
*****************************
Pagi yang cerah menyambut Brenda yang sudah sangat semangat. Ia menggunakan celana pendek dan t-shirt longgar, lalu mengkuncir asal rambut ikalnya ke atas.
"Okey, Oskar, Emma apa kalian sudah siap?" tanya Brenda dengan sangat bersemangat untuk menjalankan rencananya.
"Siap nona!!" ucap Oskar dan Emma berbarengan.
"Nona, kita akan melakukan apa dulu?" tanya Oskar.
"Kita akan merusak taman depan rumah terlebih dahulu." Brenda berjalan memimpin Oskra, dan Emma. Sesampainya mereka di taman, Brenda langsung menghancurkan rumput-rumput dan bunga-bunga yang sangat indah.
"Ya Tuhan nona, saya benar-benar tidak tega merusak tanamannya." ucap Emma menatap Brenda yang sedang mencabut rumput dengan kasar.
"Oh, ayolah Emma. Aku janji, kalau tuan muda itu tidak tertarik dengan rumah ini lagi lalu pergi, kita akan membereskan kekacauan yang kita buat." ucap Brenda sambil merangkul bahu Emma. Dengan enggan Emma menganggukan kepalanya, dan mulai melakukan apa yang Brenda dan Oskar lakukan. Lalu Brenda juga mengotori tembok depan rumahnya dengan melemparkan lumpur.
Butuh waktu dua jam untuk menghancurkan taman yang sangat indah menjadi sangat mengerikan. Tanah taman dibuat berlubang-lubang, bunga-bunga dipotong dengan tidak teratur, tanahnya juga dibuat agar berlumpur. Brenda melihat hasil kerjanya dengan sangat puas, namun juga sedih.
Ia harus merusak pemandangan indah didepannya, tempat favoritnya bermain dulu bersama ibunya. Namun ia harus melakukannya, ia akan merusak Rudyard House, ia akan membuat tuan muda sialan itu tidak tertarik dengan rumahnya, lalu mengembalikannya.
"Nah sekarang bagian mana lagi nona?" tanya Oskar disebelahnya.
"Kita menuju kolam renang." ucap Brenda menuju belakang rumahnya.
Brenda melihat kolam renang besar dirumahnya. Ia sangat suka sekali berenang di kolam renang rumahnya itu. Ia masih ingat bagaimana dulu ayahnya mengajarinya berenang untuk pertama kali.
Dengan tekat yang kuat, ia melemparkan tumpukan lumpur ke dalam kolam renang biru jernih itu. Dengan cepat air jernih kolam renang berubah menjadi keruh, kotor.
"Oh Tuhan." lagi-lagi Brenda mendengar suara Emma yang kelihatan tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
Kali ini Oskar dan Brenda menaburkan daun-daun kering kedalam kolam renang. Brenda menghela nafas panjang, kini kolam renangnya benar-benar sudah sangat mengerikan, menjijikan, dan sangat kotor. Brenda juga sudah menaruh lumpur-lumpur sepanjang jalan dari pintu gerbang sampai pintu depan rumahnya.
****************************
"Sekarang apa lagi nona?" tanya Emma. Mereka sekarang sudah berada di dalam rumah.
"Ok, kita ke perpustakaan dulu sekarang."
Setelah mereka berada di dalam perpustakaan. "Ok, Oskar kamu pilih beberapa buku yang penting dan berharga, lalu kumpulkan menjadi satu." Oskar membungkukan badannya, dibantu dengan Emma lalu bergegas mengerjakan perintah Brenda.
Satu jam kemudian, "Ini nona, sudah saya pilihkan buku-buku yang nona minta." ucap Oskar.
"Ok, heemmm, buku-buku itu kita taruh di gudang belakang. Dan sisanya disini akan kita rusak." Emma hanya menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar ucapan Brenda.
Brenda lalu melepas sedikit demi sedikit wallpaper diruangan perpustakaan itu. Ia juga membuat kerusakan pada lemari-lemari yang menopang buku-buku di perpustakaan. Brenda sudah mengumpulkan pasir dari luar, lalu menaburkan di tumpukan buku. Buku-buku juga Brenda rusak dengan merobek-robek dengan hati-hati, seakan-akan memang sudah tidak diurus lagi.
Oskar mulai merusak bangku baca di perpustakaan. Kaki-kaki bangku ia buat goyang, dengan harapan ketika Russel duduk ia akan terjatuh, sudah pasti itu perintah dan harapan Brenda. Emma dengan enggan membantu Oskar dan Brenda merusak ruangan perpustakaan itu. Pekerjaan hampir selesai sampai telfon rumah berdering dengan sangat keras. Oskar langsung bergegas keluar ruangan.
Sepuluh menit kemudian Oskar sudah kembali ke ruang perpustakaan...
"Gawat nona, tuan Russel akan datang besok." ucap Oskar sambil mengatur nafasnya karena ia berlari. Brenda yang kaget dengan perkataan Oskar menjatuhkan buku yang sedang ia pegang.
"Ke-kenapa secepat itu, oskar?" tanya Brenda gelagapan.
"Saya juga tidak mengerti, nona. Tadi Aston melenfon dan mengatakan kalau tuannya itu akan tiba besok."
"Ini tidak boleh terjadi. Kita berarti sekarang harus bergerak cepat. Kalau begitu kita menyebar. Oskar kau mengurus ruang tamu, Emma kau yang mengurus dapur, aku yang akan mengurus kamar." Oskar dan Emma mengangguk lalu bergegas keluar ruangan.
'ternyata kita akan bertemu sebentar lagi, tuan muda' gumam Brenda, sambil tersenyum sinis.
*****************************
"Ok, jadi kamar ini yang akan ditempati oleh tuan muda itu?" gumam Brenda sambil melihat kesekeliling rungan kamar yang luas dan nyaman. Brenda mendapat kabar kalau Russel sendiri yang memilih kamar ini menjadi kamarnya.
"Tidak akan. Kau tidak akan merasa nyaman dikamar ini." Brenda langsung bergegas membereskan kamar itu.
Pertama-tanya Brenda melepaskan wallpaper kamar dengan pelan-pelan secara acak disana sini. Lalu ia mengganti karpet kamarnya dengan sebuah karpet usang dan bau, ia mengambilnya dari gudang bawah tanahnya. Lalu Brenda mengangkat king bed, ia mengganti king bed nyaman itu dengan king bed yang sudah tidak empuk lagi. Sedangkan kasur-kasur di kamar lain sudah ia angkat, jadi mau tidak mau Russel akan tidur disini bukan?
Lalu ia beralih ke kamar mandi di dalam kamar yang sangat luas. Ia mengotori lantainya menggunakan berbagai macam noda, membuat lantai yang tadi mengkilap menjadi kuning berkerak. Brenda lalu beralih ke arah bathtub, Brenda dapat membayangkan betapa nyamannya berendam di bathtub itu. Tapi membayangkan kalau Russel yang akan menggunakannya membuat Brenda kesal. Dengan kesal brenda pun mengotori bathtub. Setelah selesai membereskan kamar itu Brenda lalu keluar dengan senyum puas.
Lalu ia menuju kamarnya. Ia menatap kesekeliling, kamar kesayangannya juga tidak luput dari rencananya. Sehingga dia mengambil beberapa barang pribadinya, dan memindahkannya dengan hati-hati ke gudang belakang rumahnya.
Brenda lalu menuruni tangga rumahnya, menuju ruang tamu. Betapa takjubnya Brenda melihat ruangan besar itu kini sudah berubah sangat mengerikan. Sofa sudah terobek dibeberapa bagian, meja sudah menjadi kotor. Beberapa lukisan murahan menggantikan lukisan mahal yang sekarang sudah mereka amankan. Brenda memang mengamankan beberapa barang berharganya, dan selebihnya yang sudah tidak perlu, ia rusak. Karpet tebal yang nyaman, sudah digantikan oleh karpet yang sudah benar-benar usang.
Brenda beralih kearah dapur. Lagi-lagi Brenda tersenyum melihat hasil kerja Emma. Dapur kini sudah terlihat berantakan. Beberapa perabot mahal sudah digantikan dengan perabot yang sudah usang. Lantainya pun sudah terlihat kotor dan berdebu. Lalu Brenda mengelilingi rumahnya. Setelah puas melihat bagaimana kondisi Rudyard House saat ini yang benar-benar mengerikan, Brenda menuju meja makan dimana sudah ada Oskar dan Emma yang sedang beristirahat.
"Bagaimana nona dengan hasil kerja kita?" tanya Oskar.
"Sangat bagus. Aku tidak sabar melihat ekspresi tuan muda Russel Matthew, ketika melihat Rudyard House." Brenda tersenyum bersemangat membayangkan ekspresi Russel.
"Nona, apa nona yakin rencana kita akan berhasil? Bagaiman kalau tuan Russel mengetahui ini semua?" tanya Emma pada Brenda.
"Pasti berhasil. Dia pasti tidak akan mengetahui rencana kita ini. Aku yakin dia akan langsung angkat kaki dari rumah ini."

Tidak ada komentar:
Posting Komentar