Perjalanan menuju kantor Pak Sony benar-benar hening. Baik Riana dan Deffian tidak ada yang memulai pembicaraan. Riana terus menundukkan kepalanya sedangkan Deffian sibuk membaca berkas-berkas di dalam mobil. Sesekali Deffian melirik dan tersenyum kepada Riana, dan pastinya Riana tidak mengetahuinya karena ia sibuk menundukkan kepalanya.
Sampai
turun dari mobil pun Riana terus menundukkan kepalanya dan larut dengan
pikirannya sendiri. Sampai......
DUK!!
Riana
memegangi kepalanya dengan tangan kanannya. Ia menaikkan kepalanya dan betapa
terkejutnya bahwa ia kejedot pintu lobby kantor 'ya tuhan'. Ternyata Riana
berjalan ke arah pintu kantor yang tidak dibukakan oleh satpam karena ia sibuk
menundukkan kepalanya. Lalu matanya menatap mata Deffian yang sedang berusaha
menahan tawanya, muka Riana merah padam bukan main karena merasa malu.
"Kamu
ngapain jalan nunduk gitu?"
"Hmm,
engga kok Mr, ma..maafkan saya."
Deffian
mengulurkan tangannya ke arah kening Riana dan mengelusnya yang tadi berciuman
dengan pintu kaca kantor, "Gak kenapa-napakan? Sakit?"
'OH
TUHAN' teriak Riana dalam hati melihat perlakuan atasannya itu.
"Eh....anu....hmm....Mr.
saya gak kenapa-napa kok. Gak terasa sakit kok." ucap Riana salah tingkah.
Deffian
tersenyum dan menurunkan tangannya, berbalik dan melanjutkan jalannya yang di
ikuti oleh Riana. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang mengawasi mereka
berdua.
***************************************
Setelah
bertemu dengan Pak Sony, Riana dan Deffian kembali ke kantor dan menuju ruangan
mereka masing-masing.
"Rianaaaa!!!!"
teriak Sila melihat sahabatnya itu telah kembali.
"Iya,
aduh gak perlu teriak-teriak gitu kali Sil, aku gak budek." sambil menutup
kupingnya
"Hahahahahahaha....
Abis aku nungguin kamu yang lama banget datengnya. Gimana tadi disana?"
Riana
langsung menceritakan semuanya kepada Sila, tanpa terkecuali termasuk insiden yang
menimpa Riana sewaktu sampai di sana.
**************************************
Akhirnya
weekend datang juga. Sesuai janjinya ia akan keluar makan malam dengan Erik
teman masa kecilnya itu. Riana menggunakan dress tanpa tangan berwarna biru
laut selutut. Menampakkan kulit mulus dan halus berwarna kuning langsat warna
kulit khas orang Indonesia. Riana memiliki rambut berwarna coklat gelap, bola
matanya berwarna hitam bening, memiliki bulu mata yang lentik. Ia memiliki
hidung yang kecil dan mancung, ukuran bibirnya sangat pas dengan keseluruhan
kecantikan dirinya yang ia punya. Ia hanya memoleskan sedikit makeup ke
wajahnya dan membiarkan rambutnya yang bergelombang dibagian bawah itu tergerai
indah.
Ting
Tong
Bel
pintunya berbunyi, ia pun bergegas keluar kamar dan membuka pintu. Dia sedikit
terperangah dengan penampilan Erik yang dilihatnya, Erik menggunakan kemeja
putih polos, dua kancing teratas kemejanya ia biarkan terbuka. Kemeja itu
sempurna membukus badan Erik yang memang terlihat atletis, dan Riana menelan
air liurnya dengan susah payah.
"Kau
cantik sekali princess." ucap Erik seraya membungkukkan badannya sambil
tersenyum.
"Kau
juga tampan prince, hahahaha." ucap Riana, seraya menurunkan badannya
sambil tangan kiri dan kanannya menarik ujung dressnya kemasing-masing sisinya.
Mereka pun menininggalkan rumah Riana dan menuju restoran.
**************************************
"So,kemana
saja kamu selama ini heh?" tanya Riana di sela-sela acara makan malamnya.
"Hmm..
gue pergi bersama orang tuaku By."
"Tapi
waktu itu kamu gak ada pamit-pamitnya loh sama aku dan Keke."
"Hahahahaha,
itu kan kita masih kecil By."
"Hmm..
tapi waktu itu aku sama Keke nunggu kamu di taman tau untuk bermain. Tapi kamu
gak dateng-dateng. Dan ya gak ada kabar sampai beberapa waktu lalu kita
bertemu."
"Iya
iya iya, maaf ya princess. Waktu itu kan masih kecil jadi gue harus ikut orang
tua gue ke luar negeri By. Pas gue balik ke Indonesia lo udah pindah ke Jakarta
dan keke udah pindah rumah. Ya, gue gak punya contact lo berdua. Sampai
kemaren gue ketemu lo By. Oia gimana kabar Keke?" jawab Erik sambil
terkekeh geli mengenang masa lalunya.
"Keke
ya, hmm.. selama ini aku sih terus komunikasi sama Keke tapi udah beberapa
bulan ini kita lost contact. Padahal aku pengen banget ketemu dia udah kangen
banget."
"Kalau
sama gue kangen gak?" tanya Erik sambil senyum menggoda.
"Hahahahahahaha.......
kangen, kangen. Tapi kan udah ketemu sekarang jadi udah ilang kangennya."
ujar Riana sambil menjulurkan lidahnya dan tertawa terbahak-bahak bersama Erik.
"Oia siapa sekarang pasangan lo?" tanya Riana sambil memasukan
makanan ke dalam mulutnya.
Erik
sedikit terkejut dengan pertanyaan Riana, "Well, belum ada yang cocok
tuh."
"Oh, come
on Erik, gak mungkin gak ada kan? Lo ganteng, pinter, baik apa lagi yang kurang
coba? Pasti banyak yang mau sama kamu!"
"Kalau
gitu sama lo aja deh gue. Gimana?"
Riana
melotot, " Jangan bercanda Erik! Lagian emang sekarang lo udah gak cengeng
lagi apa?" goda Riana
"Yah
udah engga lah, hahahahahaha. Gue cengengnya cuma pas masih kecil aja Byta.
Kalau lo siapa pasangannya sekarang.?"
Riana
hanya diam terpaku dengan pertanyaan Erik. 'siapa pasangannya sekarang?' ualang
Riana dalam hati. Pertanyaan Erik sedikit mengingatkan kepada lelaki yang ingin
ia lupakan untuk selama-lamanya.
"By..
Byta?" tanya Erik sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah
Riana, karena ia hanya diam tidak menjawab pertanyaan Erik.
"Eh..
i-iya Rik. Heheh gak ada, sekarang gue lagi gak ada pasangan." jawabnya
sambil tersenyum masam.
"Hey
princess jangan cemberut begitu nanti cantiknya ilang. Kalau kamu ketawa, aku
akan buatkan mahkota kerajaan untukmu, gimana?" tawaran Erik yang disambut
gelak tawa Riana. Ya, Erik memang selalu bisa bikin Riana tertawa lepas.
***************************************
"Ri,
adiknya bos beneran mau dateng loh." ucap Sila ketika Riana baru duduk di
kursi kerjanya.
"Oia?
Yang cewe apa yang cowo?"
"Yang
mana ya? Aku sih berharap yang cowo pastinya, hahahahaha."
"Huh
dasar kamu." Riana mengendus mendengar perkataan sahabatnya itu.
Sedang
asik Riana dan Sila berbincang-bincang tiba-tiba Pak Dandi memanggil Riana dan
meminta dia untuk ke ruangan Deffian.
Tok
tok tok
"Masuk."
ujar Deffian
Setelah
Sila masuk dan duduk di hadapan Deffian, "Ada apa Mr memanggil saya?"
"Hem,
gini saya mau meminta kamu untuk menjemput adik saya yang akan datang ke
Indonesia besok. Saya percaya sama kamu makannya saya meminta tolong kamu untuk
menjemput adik saya. jadi bagaiman?"
"Ok
Mr saya akan menjemput adik anda besok di bandara."
*****************************************
Amanda
Febrian Rakassa, ya nama itu yang tertera pada papan nama besar yang yang Riana
pegang yang ingin menjemputnya di bandara. Seketika itu Riana mengangkat papan
itu tinggi-tinggi ketika pintu kedatangan sudah terbuka, sambil terus memperhatikan
orang-orang yang keluar. Riana sangat penasaran dengan adik bosnya itu 'bosnya
aja ganteng, apa lagi adiknya sangat cantik pasti' pikir Riana.
Dari
jauh ia melihat seorang wanita yang cantik. memakai kaca mata hitam, pakaian
yang modis, tubuhnya yang tinggi, berkulit putih, sambut berwarna coklat terang
berjalan ke arahnya. 'Ya tuhan diakah Amanda Febrian Rakassa?' tanyanya dalam
hati sambit terus melihat takjub wanita tersebut.
"Kamu
Riana?" tanya wanita itu membuyarkan lamunan Riana.
"I..iii.iya,
sa..saya Riana. Kamu siapa?" pertanyaan yang bodoh pikir Riana.
Sambil
terkekeh wanita itu menjawab "Saya orang yang kamu tunggu, saya Amanda
Febrian Rakassa."
Dan
benar saja dugaan Riana.
"Eh,
maafkan saya. Kalau gitu mari saya antar bertemu dengan Mr. Deffian." ucap
Riana gugup.
******************************************
"So,
itu yang namanya Riana." Manda langsung merebahkan badannya di sofa ruang
kerja kakanya itu.
Deffian
mengangkat sebelah alisnya menatap Manda, "Ya, dia Riana."
"Selintas
dia memang mirip dengan Della. Tapi ingat kak dia bukan Della, dan Della
sudah......" belum sempat manda menuntaskan ucapannya Deffian sudah
memotonya.
"Aku
sudah tau apa yang akan kamu ucapkan Manda." potong Deffian.
"Bagus
kalau kau sudah tau. Ngomong-ngomong bagaimana kabar kakak ku yang satu
ini?"
"Ya
seperti yang kau liat Manda, sibuk."
"Kau
ini kebiasaan kak terlalu memforsir kerjaanmu. Memangganya Andrew tidak ada
niatan untuk membantumu disini?"
Mendengar
Adiknya itu mengucapkan nama 'Andrew' membuat Deffian mengendus dan tersenyum
masam, " Kamu mengharapkan Andrew datang kesini dan bekerja disini? Aku
rasa harus ada badai yang membawanya dari Belanda sampai Indonesia."
Manda
terkekeh geli mendengar ucapan kakaknya itu. "Tapi dia juga harus
bertanggung jawab atas perusahaan ini, itu amanah daddy kakak." ucap Manda
yang fasih menggunakan bahasa Indonesia. Ya, karena kedua orang tuanya
membiasakan anak-anaknya untuk menggunakan bahasa Indonesia walau mereka berada
di Belanda.
"Aku
tahu, tapi aku rasa belum sekarang. Well, kan kamu yang setiap hari melihat dia
di Belanda, jadi bagaimana kabarnya?"
"Still
the same!! Bermain-main, dan dikelilingi wanita-wanita." jawab Manda
enteng
**************************************
Keesokan
harinya Riana sudah berada di ruangan Deffian, dia diminta pak Dandi untuk
menaruh berkas di meja Deffian. Setelah meletakkan dokumen di meja Deffian,
mata Riana terpaku kepada foto yang berada di meja Deffian. Foto seorang wanita
cantik.
Wanita
itu sedang memegang balon ditangannya, menggunakan dress, dan tertawa bahagia.
"Namanya
Della."
Riana
terperanjat mendongak ke atas sambil memegang dadanya demi melihat orang yang
sedang berbicara padanya. Deffian Rakassa.
"Emmm..
anu maaf pak Mr saya gak bermaksud......." jawab Riana gugup smbil terus
memegang dadanya dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya terus menunjuk
foto di depannya.
Deffian
tersenyum, sambil berjalan ke arah Riana dan mengambil foto itu dari meja
kerjanya. "Dia, orang yang sangat spesial." seraya Deffian menatap
foto itu.
"Maaf
Mr saya benar-benar tidak berkasud lancang."
"Tidak
apa-apa Riana, silahkan duduk aku ingin bercerita."
Dengan
sedikit bingung Riana duduk di bangku yang ditunjuk Deffian.
Sambil
terus memegang foto itu Deffian pun bercerita, "Namanya Della Jonathan,
aku mengenalnya sewaktu kami kuliah di Belanda. Kami menjadi sepasang sahabat.
Dimana ada aku disitu ada Della. Persahabatan kita terus berjalan dengan baik,
sampai suatu saat aku merasa ada perasan berbeda terhadapnya." Deffian
menarik nafas panjang sambil memejamkan matanya. "Ternyata benar kata
orang dulu, kalau sepasang sahabat pria dan wanita pasti akan memiliki perasaan
cinta di dalamnya. Begitulah yang kami rasakan."
Riana
memperhatikan wajah atasannya ini yang terlihat jelas guratan kesedihan.
"Sampai
pada akhirnya kami memutuskan untuk berpacaran. Setelah cukup lama kita
berhubungan, kita memutuskan untuk menikah. namun..................."
Lagi-lagi
Riana melihat Deffian menghembuskan nafas panjang.
*flashback*
"Sayang
jangan lupa ya nanti malam aku jemput kamu ya." ucap seorang pria di
telfon
"Iya
Deffian sayang, sekarang aku lagi di butik lagi nyoba gaun pengantin loh."
jawab wanita itu sambil tertawa.
"Kamu
pasti cantik banget Della. Maaf ya dear aku gak bisa nemenin kamu, aku ada
meeting dadakan pagi ini." ucapnya penuh penyesalan
"Gak
apa-apa sayang santai aja. Aku juga ngerti kalau kamu sibuk, yaudah aku
sebentar lagi selesai terus mau ke toko cincin pernikahan kita, nanti aku ambil
cincinnya terus nanti kamu liat ya."
"Pasti,
nanti malam pasti aku akan liat cincinnya."
"Deffian....."
panggil Della sembari menarik nafasnya
"Heem...."
"I
love you dear....."
"I'm
very very love you too." Jawab Deffian mantap, namun ada perasaan aneh
tiba-tiba di hatinya.
"Sayang,
apapun yang terjadi nanti kamu harus tau kalau aku akan selalu ada di hati
kamu. Kamu harus tetap tersenyum, kamu harus terus semangat. Percaya sayang
hari esok akan jauh lebih baik dan lebih indah dari hari ini dan hari
sebelumnya..."
*flashback end*
***************************************
.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar