Laman

Minggu, 21 Juli 2013

Destiny (Part 3)


Perjalanan menuju kantor Pak Sony benar-benar hening. Baik Riana dan Deffian tidak ada yang memulai pembicaraan. Riana terus menundukkan kepalanya sedangkan Deffian sibuk membaca berkas-berkas di dalam mobil. Sesekali Deffian melirik dan tersenyum kepada Riana, dan pastinya Riana tidak mengetahuinya karena ia sibuk menundukkan kepalanya.
Sampai turun dari mobil pun Riana terus menundukkan kepalanya dan larut dengan pikirannya sendiri. Sampai......
DUK!!
Riana memegangi kepalanya dengan tangan kanannya. Ia menaikkan kepalanya dan betapa terkejutnya bahwa ia kejedot pintu lobby kantor 'ya tuhan'. Ternyata Riana berjalan ke arah pintu kantor yang tidak dibukakan oleh satpam karena ia sibuk menundukkan kepalanya. Lalu matanya menatap mata Deffian yang sedang berusaha menahan tawanya, muka Riana merah padam bukan main karena merasa malu.
"Kamu ngapain jalan nunduk gitu?"
"Hmm, engga kok Mr, ma..maafkan saya."
Deffian mengulurkan tangannya ke arah kening Riana dan mengelusnya yang tadi berciuman dengan pintu kaca kantor, "Gak kenapa-napakan? Sakit?"
'OH TUHAN' teriak Riana dalam hati melihat perlakuan atasannya itu.
"Eh....anu....hmm....Mr. saya gak kenapa-napa kok. Gak terasa sakit kok." ucap Riana salah tingkah.
Deffian tersenyum dan menurunkan tangannya, berbalik dan melanjutkan jalannya yang di ikuti oleh Riana. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang mengawasi mereka berdua.
***************************************
Setelah bertemu dengan Pak Sony, Riana dan Deffian kembali ke kantor dan menuju ruangan mereka masing-masing.
"Rianaaaa!!!!" teriak Sila melihat sahabatnya itu telah kembali.
"Iya, aduh gak perlu teriak-teriak gitu kali Sil, aku gak budek." sambil menutup kupingnya
"Hahahahahahaha.... Abis aku nungguin kamu yang lama banget datengnya. Gimana tadi disana?"
Riana langsung menceritakan semuanya kepada Sila, tanpa terkecuali termasuk insiden yang menimpa Riana sewaktu sampai di sana.
**************************************
Akhirnya weekend datang juga. Sesuai janjinya ia akan keluar makan malam dengan Erik teman masa kecilnya itu. Riana menggunakan dress tanpa tangan berwarna biru laut selutut. Menampakkan kulit mulus dan halus berwarna kuning langsat warna kulit khas orang Indonesia. Riana memiliki rambut berwarna coklat gelap, bola matanya berwarna hitam bening, memiliki bulu mata yang lentik. Ia memiliki hidung yang kecil dan mancung, ukuran bibirnya sangat pas dengan keseluruhan kecantikan dirinya yang ia punya. Ia hanya memoleskan sedikit makeup ke wajahnya dan membiarkan rambutnya yang bergelombang dibagian bawah itu tergerai indah.
Ting Tong
Bel pintunya berbunyi, ia pun bergegas keluar kamar dan membuka pintu. Dia sedikit terperangah dengan penampilan Erik yang dilihatnya, Erik menggunakan kemeja putih polos, dua kancing teratas kemejanya ia biarkan terbuka. Kemeja itu sempurna membukus badan Erik yang memang terlihat atletis, dan Riana menelan air liurnya dengan susah payah.
"Kau cantik sekali princess." ucap Erik seraya membungkukkan badannya sambil tersenyum.
"Kau juga tampan prince, hahahaha." ucap Riana, seraya menurunkan badannya sambil tangan kiri dan kanannya menarik ujung dressnya kemasing-masing sisinya. Mereka pun menininggalkan rumah Riana dan menuju restoran.
**************************************
"So,kemana saja kamu selama ini heh?" tanya Riana di sela-sela acara makan malamnya.
"Hmm.. gue pergi bersama orang tuaku By."
"Tapi waktu itu kamu gak ada pamit-pamitnya loh sama aku dan Keke."
"Hahahahaha, itu kan kita masih kecil By."
"Hmm.. tapi waktu itu aku sama Keke nunggu kamu di taman tau untuk bermain. Tapi kamu gak dateng-dateng. Dan ya gak ada kabar sampai beberapa waktu lalu kita bertemu."
"Iya iya iya, maaf ya princess. Waktu itu kan masih kecil jadi gue harus ikut orang tua gue ke luar negeri By. Pas gue balik ke Indonesia lo udah pindah ke Jakarta dan keke udah pindah rumah. Ya, gue gak punya contact lo berdua. Sampai kemaren gue ketemu lo By. Oia gimana kabar Keke?" jawab Erik sambil terkekeh geli mengenang masa lalunya.
"Keke ya, hmm.. selama ini aku sih terus komunikasi sama Keke tapi udah beberapa bulan ini kita lost contact. Padahal aku pengen banget ketemu dia udah kangen banget."
"Kalau sama gue kangen gak?" tanya Erik sambil senyum menggoda.
"Hahahahahahaha....... kangen, kangen. Tapi kan udah ketemu sekarang jadi udah ilang kangennya." ujar Riana sambil menjulurkan lidahnya dan tertawa terbahak-bahak bersama Erik. "Oia siapa sekarang pasangan lo?" tanya Riana sambil memasukan makanan ke dalam mulutnya.
Erik sedikit terkejut dengan pertanyaan Riana, "Well, belum ada yang cocok tuh."
"Oh, come on Erik, gak mungkin gak ada kan? Lo ganteng, pinter, baik apa lagi yang kurang coba? Pasti banyak yang mau sama kamu!"
"Kalau gitu sama lo aja deh gue. Gimana?"
Riana melotot, " Jangan bercanda Erik! Lagian emang sekarang lo udah gak cengeng lagi apa?" goda Riana
"Yah udah engga lah, hahahahahaha. Gue cengengnya cuma pas masih kecil aja Byta. Kalau lo siapa pasangannya sekarang.?"
Riana hanya diam terpaku dengan pertanyaan Erik. 'siapa pasangannya sekarang?' ualang Riana dalam hati. Pertanyaan Erik sedikit mengingatkan kepada lelaki yang ingin ia lupakan untuk selama-lamanya.
"By.. Byta?" tanya Erik sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Riana, karena ia hanya diam tidak menjawab pertanyaan Erik.
"Eh.. i-iya Rik. Heheh gak ada, sekarang gue lagi gak ada pasangan." jawabnya sambil tersenyum masam.
"Hey princess jangan cemberut begitu nanti cantiknya ilang. Kalau kamu ketawa, aku akan buatkan mahkota kerajaan untukmu, gimana?" tawaran Erik yang disambut gelak tawa Riana. Ya, Erik memang selalu bisa bikin Riana tertawa lepas.
 ***************************************
"Ri, adiknya bos beneran mau dateng loh." ucap Sila ketika Riana baru duduk di kursi kerjanya.
"Oia? Yang cewe apa yang cowo?"
"Yang mana ya? Aku sih berharap yang cowo pastinya, hahahahaha."
"Huh dasar kamu." Riana mengendus mendengar perkataan sahabatnya itu.
Sedang asik Riana dan Sila berbincang-bincang tiba-tiba Pak Dandi memanggil Riana dan meminta dia untuk ke ruangan Deffian.
Tok tok tok
"Masuk." ujar Deffian
Setelah Sila masuk dan duduk di hadapan Deffian, "Ada apa Mr memanggil saya?"
"Hem, gini saya mau meminta kamu untuk menjemput adik saya yang akan datang ke Indonesia besok. Saya percaya sama kamu makannya saya meminta tolong kamu untuk menjemput adik saya. jadi bagaiman?"
"Ok Mr saya akan menjemput adik anda besok di bandara."
*****************************************
Amanda Febrian Rakassa, ya nama itu yang tertera pada papan nama besar yang yang Riana pegang yang ingin menjemputnya di bandara. Seketika itu Riana mengangkat papan itu tinggi-tinggi ketika pintu kedatangan sudah terbuka, sambil terus memperhatikan orang-orang yang keluar. Riana sangat penasaran dengan adik bosnya itu 'bosnya aja ganteng, apa lagi adiknya sangat cantik pasti' pikir Riana.
Dari jauh ia melihat seorang wanita yang cantik. memakai kaca mata hitam, pakaian yang modis, tubuhnya yang tinggi, berkulit putih, sambut berwarna coklat terang berjalan ke arahnya. 'Ya tuhan diakah Amanda Febrian Rakassa?' tanyanya dalam hati sambit terus melihat takjub wanita tersebut.
"Kamu Riana?" tanya wanita itu membuyarkan lamunan Riana.
"I..iii.iya, sa..saya Riana. Kamu siapa?" pertanyaan yang bodoh pikir Riana.
Sambil terkekeh wanita itu menjawab "Saya orang yang kamu tunggu, saya Amanda Febrian Rakassa."
Dan benar saja dugaan Riana.
"Eh, maafkan saya. Kalau gitu mari saya antar bertemu dengan Mr. Deffian." ucap Riana gugup.
******************************************
"So, itu yang namanya Riana." Manda langsung merebahkan badannya di sofa ruang kerja kakanya itu.
Deffian mengangkat sebelah alisnya menatap Manda, "Ya, dia Riana."
"Selintas dia memang mirip dengan Della. Tapi ingat kak dia bukan Della, dan Della sudah......" belum sempat manda menuntaskan ucapannya Deffian sudah memotonya.
"Aku sudah tau apa yang akan kamu ucapkan Manda." potong Deffian.
 "Bagus kalau kau sudah tau. Ngomong-ngomong bagaimana kabar kakak ku yang satu ini?" 
"Ya seperti yang kau liat Manda, sibuk."
"Kau ini kebiasaan kak terlalu memforsir kerjaanmu. Memangganya Andrew tidak ada niatan untuk membantumu disini?"
Mendengar Adiknya itu mengucapkan nama 'Andrew' membuat Deffian mengendus dan tersenyum masam, " Kamu mengharapkan Andrew datang kesini dan bekerja disini? Aku rasa harus ada badai yang membawanya dari Belanda sampai Indonesia."
Manda terkekeh geli mendengar ucapan kakaknya itu. "Tapi dia juga harus bertanggung jawab atas perusahaan ini, itu amanah daddy kakak." ucap Manda yang fasih menggunakan bahasa Indonesia. Ya, karena kedua orang tuanya membiasakan anak-anaknya untuk menggunakan bahasa Indonesia walau mereka berada di Belanda.
 "Aku tahu, tapi aku rasa belum sekarang. Well, kan kamu yang setiap hari melihat dia di Belanda, jadi bagaimana kabarnya?"
"Still the same!! Bermain-main, dan dikelilingi wanita-wanita." jawab Manda enteng
**************************************
Keesokan harinya Riana sudah berada di ruangan Deffian, dia diminta pak Dandi untuk menaruh berkas di meja Deffian. Setelah meletakkan dokumen di meja Deffian, mata Riana terpaku kepada foto yang berada di meja Deffian. Foto seorang wanita cantik.
 Wanita itu sedang memegang balon ditangannya, menggunakan dress, dan tertawa bahagia.
"Namanya Della."
Riana terperanjat mendongak ke atas sambil memegang dadanya demi melihat orang yang sedang berbicara padanya. Deffian Rakassa.
"Emmm.. anu maaf pak Mr saya gak bermaksud......." jawab Riana gugup smbil terus memegang dadanya dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya terus menunjuk foto di depannya.
Deffian tersenyum, sambil berjalan ke arah Riana dan mengambil foto itu dari meja kerjanya. "Dia, orang yang sangat spesial." seraya Deffian menatap foto itu.
"Maaf Mr saya benar-benar tidak berkasud lancang."
"Tidak apa-apa Riana, silahkan duduk aku ingin bercerita."
Dengan sedikit bingung Riana duduk di bangku yang ditunjuk Deffian.
Sambil terus memegang foto itu Deffian pun bercerita, "Namanya Della Jonathan, aku mengenalnya sewaktu kami kuliah di Belanda. Kami menjadi sepasang sahabat. Dimana ada aku disitu ada Della. Persahabatan kita terus berjalan dengan baik, sampai suatu saat aku merasa ada perasan berbeda terhadapnya." Deffian menarik nafas panjang sambil memejamkan matanya. "Ternyata benar kata orang dulu, kalau sepasang sahabat pria dan wanita pasti akan memiliki perasaan cinta di dalamnya. Begitulah yang kami rasakan."
 Riana memperhatikan wajah atasannya ini yang terlihat jelas guratan kesedihan.
"Sampai pada akhirnya kami memutuskan untuk berpacaran. Setelah cukup lama kita berhubungan, kita memutuskan untuk menikah. namun..................."
Lagi-lagi Riana melihat Deffian menghembuskan nafas panjang. 
*flashback*
"Sayang jangan lupa ya nanti malam aku jemput kamu ya." ucap seorang pria di telfon
"Iya Deffian sayang, sekarang aku lagi di butik lagi nyoba gaun pengantin loh." jawab wanita itu sambil tertawa.
"Kamu pasti cantik banget Della. Maaf ya dear aku gak bisa nemenin kamu, aku ada meeting dadakan pagi ini." ucapnya penuh penyesalan
"Gak apa-apa sayang santai aja. Aku juga ngerti kalau kamu sibuk, yaudah aku sebentar lagi selesai terus mau ke toko cincin pernikahan kita, nanti aku ambil cincinnya terus nanti kamu liat ya."
"Pasti, nanti malam pasti aku akan liat cincinnya."
"Deffian....." panggil Della sembari menarik nafasnya
"Heem...."
"I love you dear....."
"I'm very very love you too." Jawab Deffian mantap, namun ada perasaan aneh tiba-tiba di hatinya.
"Sayang, apapun yang terjadi nanti kamu harus tau kalau aku akan selalu ada di hati kamu. Kamu harus tetap tersenyum, kamu harus terus semangat. Percaya sayang hari esok akan jauh lebih baik dan lebih indah dari hari ini dan hari sebelumnya..."
*flashback end*

***************************************

Tidak ada komentar:

Posting Komentar