Laman

Minggu, 21 Juli 2013

Destiny (Part 1)


*******************************
kriiing........kriiiing....kriiiing
"Oh God...... kenapa sih jamnya udah bunyi, aku kan baru aja tidur!!" keluh  Riana yang harus bangun pagi untuk pergi ke kantor. Riana memiliki kebiasaan tidur lewat dari jam 12 malam (insomnia). Karena kebiasaannya itulah setiap pagi pasti ia akan marah-marah sendiri.
Riana hidup sendiri. Orang tuanya telah meninggal 5 tahun yang lalu. Riana merupakan gadis yang mandiri, ia terlihat kuat dan tegar dalam menjalani kehidupan. Namun jauh di dalam dirinya, ia merupakan wanita yang rapuh. Terlebih mengenai masa lalunya, dulu.
Sila, dia merupakan sahabat yang Riana miliki selama tiga tahun. Mereka merupakan teman satu kantor. Mereka berdua selalu berdua kemana-mana. Diaman ada Sila pasti ada Riana. Selain mereka satu kantor, meja mereka pun saling bersebelahan.
Riana segera turun dari kasurnya yang nyaman, bergegas mandi, lalu memanggang roti dan membuat hot chocolate. Setelah beres memakan roti dan hot chocolatenya Riana lalu membereskan meja makannya, ya Riana memang terkenal rajin, bersih, dan sangat wangi. Vanilla, ya itu merupakan wangi parfum favoritnya. Setelah semua beres, ia lalu bergegas memacu mobilnya menuju kantor.
"Selamat pagi Sila." sapa Riana ramah.
Sila tersenyum mendengar sapaan Riana "Pagi juga cantik." balas Sila.
"Ri, kamu tau gak katanya, CEO kita akan datang loh dari Belanda." kata Sila yang terlihat sumringah.
"Loh emang Pak Deffian kapan pergi ke Belandanya? Kok aku gak pernah denger beritanya? tanya Riana bingung.
"Iiiiis, bukan Ri ini katanya adiknya Pak Deffian, itu juga baru kabar aja sih belum tau juga bener apa engga."
Deffian Rakassa, merupakan CEO dari perusahaan yang menaungi Riana. Deffian merupakan orang Indonesia yang memiliki darah Belanda juga. Tubuh Deffian yang tinggi tegap, dengan ketampanan yang luar biasa, bisa dikatakan akan mudah mendapatkan kekasih. Namun, sampai sekarang di umur yang ke 29 Deffian masing single. Walaupun Deffian terlihat dingin namun dia perhatian terhadap bawahannya di kantor.
***************************************
"Ri, ayo kita makan. Aku udah laper banget." rengek Sila, yang melihat Riana masih berkutat dengan komputernya.
"Aku belum selesai ini Sil, tanggung. Kamu makan sama Sasa dulu ya aku nitip aja, samain aja sama yang kaya kamu makan ya." jelas Riana.
"Ah, kamu gak asik. Yaudah kalau gitu aku makan dulu nanti aku bawain buat kamu. Bye cantik." kata Sila yang dibalas senyuman oleh Riana.
Ruangan kerja sudah terlihat sepi karena memang sudah 30 menit masuk jam istirahat. Sedang seriusnya Riana mengerjakan tugas kantornya tiba-tiba ada suara berat yang menyapanya. "Kenapa masih kerja? Kamu gak makan?"
Deg!! 
Riana yang kaget langsung mendongak dan kaget dengan apa yang dia liat. "Oh Astaga!!'
"Kenapa? Saya mengagetkan kamu?" tanyanya datar.
"Engga Mas, eh Mr, eh Pak Deffian.... saya gak kaget hanya terkejut." jawab Riana gugup sambil memegangi kertas yang dia sedang baca tadi.
Deffian yang melihat tingkah Riana jadi menaikan sebelah alisnya dan sedikit tersenyum, "Memang apa bedanya? Kenapa kamu tidak istirahat?" tanya Deffian yang secara tidak sengaja tadi melewati meja Riana, dan melihat Riana masih duduk di mejanya dijam istirahat kantor.
"Itu Pak.. eh Mr, itu anunya belum selesai jadi saya selesain dulu." jawab Rania gugup. Riana memiliki kebiasaan yang bisa dibilang lucu, karena kalau dia sedang gugup, dia bisa melontarkan kata-kata apapun, yang masuk akal atau pun tidak.
Mendengar jawaban Riana, Deffian menundukkan kepalanya dan mencondongkan tubuhnya kedepan muka Riana. Riana hanya bisa melongo meliat tingkah bosnya itu. "Kamu itu aneh sekali kalau sedang gugup." kata Deffian yang mengunggingkan seyuman sedikit lalu menegakkan badan dan pergi meninggalkan Riana yang masih terdududk memegai kertasnya yang sudah lecek karena ia remas saking gugupnya tadi.
"Oh Tuhan!!! Itu tadi Mr Deffian kenapa? Kalau dia lagi kaya gitu tandanya dia lagi seneng apa lagi marah?" tanya Riana yang bisa dikatakan dia tanya kedirinya sendiri.
Lama Riana berpikir sampai ia tidak merasa ada yang datang. "Rianaaaaaaa......"
"Aaaaaaaaaaaaa!! Ah gila kamu Sil." jerit Riana sambil melihat ke arah Sila yang sudah datang membawa makanan untuk Riana.
"Lagian kamu bengong. Awas nanti kesambet." goda Sila
"Aku memang tadi melihat hantu." kata Riana polos
"Hah?! Hahahahahahahahaha" Sila tertawa lepas sampai memegangi perutnya. "Kamu ada-ada aja Ri, mana ada hantu siang-siang" lanjut Sila sambil geleng-geleng melihat tingkah Riana yang menurutnya konyol
'Aku liat hantu, ya Mr Deffian memang terlihat seperti hantu!!' pikir dan jawab Riana dalam hatinya.
Yang tidak Riana dan Sila sadari bahwa ada yang mendengar percakapan mereka sambil menarik ujung bibirnya keatas.
*************************************
Sesampainya di rumah, Riana langsung duduk merosot di sofanya yang nyaman. Hari ini benar-benar melelahkan sampai tadi siang dia tidak sempat makan di luar kantor. Dan tadi Riana keluar kantor pukul 8 malam dan sekarang sudah pukul 10 malam ia belum juga makan malam. Dengan gontai akhirnya Riana menuju meja dapur dan membuka lacinya dan memakan roti yang ada disana.
Sedang asik Riana memakan rotinya telfon genggamnya pun berdering. Dilihatnya nama Sila yang tertera di layar hpnya, "Ya Sil?"
"Halo cantik, maaf ya ganggu. Aku cuma mau bilang kalau besok kamu dateng kekantor lebih pagi ya sayang. Ingat kita ditugaskan bos untuk datang ke kantor Pak Sony." ucap Sila
Seolah teringat sesuatu Rianapun menepuk jidatnya, "Ya ampun hampir aja aku lupa." pekik Riana panik
"Relax Ri, makannya aku ingetin kamu sekarang. Ok, besok jam setengah 7 udah di kantorya kita jalan jam 8, gimana?" tanya Sila yang terdengar sedang mengunyah sesuatu.
"Ok ok ok ok, makasih ya Sila cantik udah ngingetin." ucap Riana terkekeh sambil mengunyah makanannya.
"Iya cantik, ok sana tidur nanti telat lagi hahahahaha..." ucap Sila sambil mematikan telfonnya tampa menunggu balasan ucapan dari Riana.
*************************************
Yup! Sekarang sudah pukul 6 pagi dan Riana masih terjebak dengan kemacetan jalan di pagi hari. Sialnya lagi pagi ini mobilnya mogok, jadilah Riana menggunakan taxi menuju kantornya.
"Pak saya sampai sini aja, ini pak uangnya kembaliannya ambil aja." Riana membuka pintu mobil bergegas turus menutup pintu dan berlari menuju pangkalan ojek yang sudah terlihat.
"Bang.. ayo bang ke PT Rakassa Independent." seru Riana tersengal-sengal karena habis berlari-lari.
Baru berjalan sepuluh menit motor yang ditumpangi Riana berhenti karena ada mobil mengerem mendadak didepannya. Dengan penuh emosi Riana pun berteriak tepat ketika motor yang ditumpangi Riana sudah di samping mobil tersebut, "WOI!! Gak bisa bawa mobil lo ya!! Ngerem mendadak gitu!"
Yang di dalam mobil tersebut hanya menengok ke arah Riana tanpa membuka kaca mobilnya. Ditatapnya Riana dengan lekat-lekat, lalu yang di dalam mobil mengerutkan dahinya seolah ia mengenal Riana. Dia menatap Riana dengan nyaman dari dalam mobil, berbeda dengan Riana yang kesulitan melihat orang yang di dalam sambil menahan emosinya, dan kemudian motor yang ditumpangi Riana pun melaju meninggalkan mobil beserta penumpangnya yang terus melihat Riana yang semakin menjauh.
*********************************
"Sumpah ya Ri penampilan kamu kacau banget." ucap Sila yang kaget melihat penampilan Riana yang seperti tersapu angin topan.
"Ini gara-gara mobil gak bisa aku pake, jadinya naik ojek dan ya aku minta abangnya ngebut, jadinya begini." jawab Riana sambil menyisir rambutnya yang berantakan dengan jari-jarinya.
"Sana ke kamar mandi dulu, beresin itu muka hahahahahaha." ucap Sila sambil tertawa melihat kondisi Riana.
Akhirnya Riana berjalan menuju kamar mandi untuk membenahi penampilannya. Sesampainya di dalam kamarmandi Riana melihat wanita yang cantik dan badannya benar-benar seperti model. Putih, tinggi,cantik, mulus sampai-sampai nyamuk akan tergelincir di kulit wanita itu, pikir Riana. Riana menuju wastafel di sebelah wanita cantik itu.
"Wow, lo kenapa?" tanya wanita itu kaget melihat Riana
"Eh..." hanya itu yang diucapkan Riana karena kaget disapa wanita itu.
"Iya lo kenapa ngeliatin gue mulu, iri sama kecantikan gue?" jawab wanita itu sambil melirik Riana dengan ujung matanya, tajam.
'what!!' teriak Riana dalam hatinya. Sialan! Ternyata penampilannya yang terlihat sempurna tidak sesuai dengan ucapannya yang pedas!! Riana tidak mau ambil masalah, akhirnya ia lebih memilih diam.
"Kok malah diam? Bisa ngomongkan? Dan.... penampilan lo sangat... kacau." ucap wanita itu sinis.
Hilanglah sudah kesabaran Riana, "Denger ya mbak menor, saya gak punya urusan sama mbak menor jadi tolong jaga ya mulutnya." ucap Riana sembari berdecak pinggang.
"Apa lo bilang? MBAK??!! Lo gak tau siapa gue??" tanya wanita itu ketus
'apa peduli gue?!!!!' udar Riana dalam hati dengan rasa tidak peduli, dan lebih memilih mematut wajahnya di depan cermin.
Wanita itu semakin geram melihat tingkah Riana yang mengacuhkannya, "Denger ya, Gue Sesil. Gue pacarnya Deffian Rakassa." ucapnya dengan mata sedikit melotot.
Perkataan wanita itu sukses membuat Riana menghentikan aktifitasnya yang sedang menggunakan eyeliner. 'apa katanya tadi, pacar Deffian Rakassa?? Pacar bos gue?'. Riana masih terbengong-bengong ria tampa ia sadari wanita itu sudah pergi meninggalkannya sendiri.
'kalau dia laporan sama Deffian, tamatlah riwayat gue di kantor ini.' ujarnya gugup walau dalam hati.
*********************************
"Ri, kamu kenapa diem aja?" tanya Sila sewaktu sedang di mobil. Sekarang mereka sedang menuju kantor Pak Sony.
"Gak papah kok Sil, mendadak gak enak badan." jawab Riana. Riana memang mendadak sakit setelah kejadian tadi di kamar mandi. Sedangkan Sila hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Riana. Semoga kesialan tidak menimpa Riana lagi di hari ini, doa Riana dalam hati.
***********************************
"Silahkan duduk, tunggu sebentar Pak Sony sedang ada rapat. Tapi saya sudah memberitahu beliau akan kedatangan kalian berdua." ujat Siska sekertaris Pak Sony seraya meninggalkan Riana dan Sila duduk di ruang tunggu. 
Setelah menunggu 10 menit akhirnya Riana dan Sila bertemu dengan Pak Sony dan tidak menunggu lama mereka membahas bisnis yang akan mereka jalin. Setelah urusan selesai Riana dan Sila melangkah pergi dari ruangan Pak Sony menuju mobil mereka untuk kembali ke kantor.
**********************************
"Erik, lo kenapa diem aja? Lagi ada masalah?" tanya Lukas kepada teman di sebelahnya. Mereka sedang meminum kopi di coffee shop yang ada di lobi kantor mereka. 
"Enggak ada masalah kok, lagi kepikiran sesuatu aja." jawab Erik yang terus memandang ke depan tanpa melirik Lukas sedikit pun. Erik, memiliki wajah tampan asli orang Indonesia, tubuhnya yang memiliki tinggi 185 dan badan yang atletis wajarlah kalau banyak wanita yang tergila-gila dengan Erik Pratama.
"Kepikiran? Kepikiran apaan?" tanya Lukas lagi. Lukas merupakan sahabat sekaligus partner kerja Erik. Lukas merupakan seorang playboy, dan sering tebar pesona dengan banyak wanita karena memang dia lelaki tampan.
Belum sempat Erik menjawab, matanya terus bergerak melihat seseorang yang terus berjalan melewati dirinya. Erik segera menegakkan badannya yang sedang bersender ke sofa, memincingkan matanya ke arah orang tersebut. 'dia itu bukannya?' tanya Erik dalam hati.
Erik bergegas bangun berjalan mendekati orang tersebut, meninggalkan Lukas yang bengong melihat ulah sahabatnya itu. Sekarang Erik tepat berada di belakang orang tersebut. Samar-samar Erik mendengar orang didepannya itu sedang berbisik dan tertawa-tawa dengan orang di sebelahnya. Merasa diikuti orang tersebut berbalik dan pandangannya beradu dengan pandangan Erik namun mereka masih berjalan.
Sampai pada akhirnya Erik memberanikan diri menarik orang tersebut sehingga orang tersebut berbalik memutar menghadapnya. Mereka beradu pandang lagi, kali ini mereka diam ditempat dan tangan Erik masih memegang tangan kanan orang tersebut.
"Ternyata ini beneran lo!!" itu sebuah pernyataan bukan pertanyaan yang terlontar dari mulut Erik.
***************************************
Riana dan Sila keluar lift menuju mobil mereka. "Pak Sony cakep ya Ri." ujar Sila yang masih terpesona dengan pak Sony.
"Sil, inget umurnya udah 45 tahun, udah nikah." ujar Riana sambil memutar bola matanya dan terkekeh melihat tingkah temannya itu.
"Hehehehehehehe, kalau Pak Sony belum nikah aku mau sama dia, mau banget." ucap Sila sambil tertawa. Sontak Riana pun ikut tertawa mendengarnya, sambil mereka terus berjalan melewati lobi. 
Sambil tertawa berdua dengan Sila Riana sambil melihat-lihat kantor tersebut, kantor yang mewah pikir Riana. Riana merasa agak sedikit aneh dan dia memutuskan menengok kebelakang sambil terus berjalan. Betapa kagetnya dia mendapati seorang pria yang sangat dekat di belakangnya yang terus mengawasinya, dan mereka berdua bertukar pandang. 
Merasa tidak kuat melihat orang tersebut Riana memutusnya membalik badannya kedepan lagi dan terus berjalan. Sampai ia merasa tangan kanannya ada yang menarik dari belakang dan memutarnya sampai ia benar-benar berhadapan dengan orang tersebut.
"Ternyata ini beneran lo!!" itu kalimat yang dilontarkan pria tersebut sambil terus memegangi lengan Riana.
"Maaf, anda siapa ya?" tanya Riana sedikit memiringkan kepalanya dan mengerutkan keningnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar